Bandung - Salah satu rangkaian acara Tanwir Muhammadiyah 21-24 Juni 2012 adalah dialog tokoh Muhammadiyah. Acara tersebut dilaksanakan pada hari Kamis (21/06). Dalam acara yang bertempat di Gedung Merdeka Jl. Asia Afrika Bandung itu, Amien Rais bertindak sebagai narasumber yang membahas peran media massa dan percaturan masa depan.
Dalam paparannya, mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat itu memaparkan fakta bahwa dalam kancah global, media massa Islam berada dalam cengkraman asosiasi press sekular. Dampaknya, citra Islam di mata dunia selalu segatif dan horor. Misalnya tuduhan bahwa Islam itu agama anti kemajuan, Islam agama jaman pertengahan, Islam bodoh, Islam agama kekerasan, dan macam-macam lagi. Karena tidak memiliki media massa yang sama kuatnya dengan mereka, maka Islam tak memiliki daya untuk mengklarifikasi tuduhan-tuduhan miring tersebut.
Masih menurut Amien Rais, jangankan dalam tubuh Islam yang lebih luas, dalam internal persyarikatan Muhammadiyah pun urusan media massa tak kalah suram. Ia mengakui, selama menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Suara Muhammadiyah, betapa sulitnya mengembangkan media massa Islam seperti yang terjadi dalam internal Muhammadiyah.
“Ummat Islam nampaknya kurang menyadari betapa pentingnya, betapa vitalnya, dan begitu asasnya keberadaan media massa sebagai wilayah ke-4 dalam demokrasi. Memang sudah sejak lama umat Islam menyadari bahwa ruang kosong yang harus segera diisi oleh umat Islam adalah media massa. Sayangnya, kesadaran tersebut hanya terbersit dalam angan semata. Sementara dalam tataran kongkritnya nyaris tidak dapat dijumpai,” ujarnya.
Mengingat hal tersebut, Amien Rais mengusulkan beberapa hal supaya pada nantinya menjadi pertimbangan dalam menentukan rekomendasi dalam Tanwir Muhammadiyah kali ini. Pertama, Muhammadiyah harus merasa berdosa (bersalah) karena telah membuat bolong dalam media massa, sehingga bolong itu harus segera ditambal. Kedua, Muhammadiyah harus menyiapkan beasiswa yang besar nilainya untuk menyekolahkan selusin, atau bahkan lebih, kadernya yang faham benar akam media massa. Tujuannya, supaya kader tersebut tumbuh menjadi pilar-pilar media massa Islam di masa yang akan datang.
Ketiga, universitas-universitas Muhammadiyah seperti di Malang, Solo, Yogyakarta, dll, harus melakukan sharing bagaimana mewujudkan media massa yang baik dalam persyarikatan. Keempat, ke depan, Muhammadiyah jangan sampai membiarkan Suara Muhammadiyah menjadi seperti anak yatim.
Dengan demikian, menurut Amien Rais, Muhammadiyah diharapkan menjadi organisasi yang menancapkan pondasi media massa Islam yang kokoh di masa depan. “Sekalipun kondisi media massa Islam sudah jauh ketinggalan, tapi kita harus selalu memiliki harapan dan jangan risau. Namun, untuk mengejar ketertinggalan itu, kita harus memulai dari langkah pertama yang mantap,” pungkasnya.
Editor : Bedjo
Sumber : Sriwijaya Post
0 comments: